Halaman
69
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Bab
Hidup dalam Kesetiaan
Bahan Alkitab: Kejadian 29:13-28; Mazmur 85:8-14;
Matius 28:18-20; Yohanes 3:16
VI
A. Pengantar
Menyanyikan lagu NKB No. 34
“Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara”
Setia-Mu, Tuhanku, tiada bertara
di kala suka, di saat gelap.
Kasih-Mu, Allahku, tidak berubah,
‘Kaulah Pelindung abadi tetap.
Refrein:
Setia-Mu Tuhanku, mengharu hatiku,
setiap pagi bertambah jelas.
Yang ‘ku perlukan tetap Kauberikan,
sehingga aku pun puas lelas.
Musim yang panas, penghujan, tuaian,
surya, rembulan di langit cerah,
bersama alam memuji, bersaksi
akan setia-Mu yang tak bersela.
Damai-Mu Kauberi, dan pengampunan
dan rasa kuatir pun hilang lenyap,
kar’na ‘ku tahu pada masa mendatang:
Tuhan temanku di t’rang dan gelap.
Syair: “Great Is Thy Faithfulness”, oleh T.O. Chisholm,
Lagu: William M. Runyan; Terjemahan: E. L. Pohan.
70
Kelas X SMA/SMK
“Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara” adalah kesaksian yang luar biasa yang
dibuat oleh Thomas Chisholm tentang kehidupannya hari lepas hari bersama
Yesus. Pendeta Chisholm selalu percaya bahwa Bapanya yang di surga terus
memelihara dan menyediakan segala kebutuhannya sehari-hari. Sebelum ia
meninggal dunia pada tahun 1960, ia menulis kesaksian pribadinya yang luar
biasa ini:
“Penghasilanku tidak pernah besar karena kesehatanku yang buruk pada
usia mudaku, yang akibatnya terus mengikuti aku sampai sekarang. Tapi aku
tidak boleh gagal mencatat kesetiaan Allah yang memelihara perjanjian-
Nya dengan orang percaya, yang tidak pernah gagal, dan bahwa Ia telah
menunjukkan berulang kali cara-Nya yang luar biasa dalam memelihara
hidupku, yang telah membuat aku sungguh amat bersyukur.”
Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan temanmu
sebangku:
1.
Kepada siapakah lagu ini ditujukan?
2.
Perasaan apa yang diungkapkan oleh si penulis lagu ini?
3.
Apakah kamu setuju dengan kata-kata yang diungkapkannya?
4.
Kalau ya, coba jelaskan apa alasannya! Apakah kamu punya pengalaman
yang serupa seperti yang dialami oleh si pengarang lagu?
5.
Kalau kamu tidak setuju dengan kata-kata dalam syair lagu ini, jelaskan
pula mengapa!
6.
Menurut kamu, apakah Chisholm berbahagia dalam hidupnya? Mengapa
kamu memilih jawaban tersebut?
B.
Kisah Hachiko
Di sebuah stasion kereta api di Shibuya, Tokyo, Jepang, berdiri sebuah patung
perunggu dari seekor anjing yang bernama Hachiko. Patung ini didirikan pada
tahun 1934, namun hancur pada masa Perang Dunia II. Pada tahun 1948, patung
yang kedua didirikan, dan hingga sekarang patung ini sangat terkenal di kalangan
masyarakat Jepang. Patung ini didirikan di tempat yang sama yang menjadi
tempat Hachiko menunggu tuannya, Prof. Hidesaburo Ueno.
Pada tahun 1924, Ueno, seorang profesor di Departemen Pertanian, Universitas
Tokyo, mengambil Hachiko – seekor anjing jenis Akita – untuk ia pelihara.
Sepanjang hidup tuannya, Hachiko selalu menyambutnya setiap hari di Stasion
Shibuya yang tidak jauh dari rumah mereka. Kejadian ini berlangsung terus hingga
Mei 1925 ketika Prof. Ueno tidak pulang ke rumah karena ia menderita pendarahan
di otak, dan meninggal dunia. Ueno tidak pernah kembali ke stasiun kereta api,
tempat Hachiko setia menunggu. Selama sembilan tahun – setiap hari – Hachiko
71
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
menantikan kepulangan Ueno, tepat
di tempat yang sama ketika kereta
api mestinya tiba di stasiun itu.
Kelakuan Hachiko ini menarik
perhatian para pengguna kereta
api itu. Banyak orang yang melalui
stasiun itu pernah melihat Hachiko
dan Prof. Ueno bersama-sama setiap
hari. Mulanya, orang-orang tidak
begitu senang melihat Hachiko di
stasiun itu, khususnya mereka yang
bekerja di situ.
Namun pada 1932, salah se
orang
mahasiswa Prof. Ueno melihat
Hachiko di stasion itu dan mengikutinya hingga ke rumah bekas tukang kebun
Prof. Ueno. Sang tukang kebun, Kikuzaboro Kobayashi, menjelaskan latar belakang
Hachiko. Setelah itu, sang mahasiswa menerbitkan tulisan-tulisan tentang jenis
anjing Akita yang langka. Ia berulang kali mengunjungi Hachiko dan selama
beberapa tahun kemudian menerbitkan beberapa artikel tentang kesetiaan yang
luar biasa dari anjing itu.
Pada tahun yang sama, tepatnya 4 Oktober 1932 salah satu artikelnya tentang
kisah Hachiko diterbitkan dalam salah satu koran paling terkemuka di Tokyo, Asahi
Shimbun. Tulisan itu mengejutkan banyak warga Jepang, dan orang-orang mulai
membawakan makanan untuk Hachiko setiap hari selama ia duduk menantikan
tuannya.
Nama Hachiko jadi terkenal di seluruh Jepang. Kesetiaannya kepada tuannya
dianggap layak diteladani setiap orang. Guru-guru dan orangtua menggunakan
Hachiko sebagai contoh yang harus ditiru oleh anak-anak.
Pada 8 Maret 1935 Hachiko ditemukan mati pada sebuah jalan di Shibuya.
Setahun sebelumnya masyarakat membangun sebuah patung perunggu untuk
menghormati Hachiko dan kesetiaannya kepada tuannya. Hachiko sendiri hadir
pada peresmian patungnya itu.
Bagaimana pendapat kamu tentang cerita di atas? Apakah kamu mempunyai
atau pernah mempunyai anjing yang setia seperti Hachiko? Pelajaran penting
apa yang kamu peroleh dari kisah tentang Hachiko ini? Berapa besar arti
kesetiaan yang diperlihatkan Hachiko kepada tuannya? Kalau kamu menjadi
Hachiko, sanggupkah kamu pergi setiap hari ke stasiun kereta api untuk
menantikan kepulangan tuanmu – selama sembilan tahun?
Sumber: http://www.cinemaperaestudiants.cat/
activitats/Activitats2010/hachirealdog.htm
Gambar 6.1
Patung Hachiko di stason kereta api
Shibuya, Tokyo.
72
Kelas X SMA/SMK
C.
Yakub dan Rahel
Kamu masih ingat kisah Yakub yang mencuri hak kesulungan Esau? Bagian
Kejadian 29:13-28 adalah kelanjutan kisahnya. Setelah mendengar Esau
bertekad untuk membunuhnya, Yakub disuruh ibunya, Ribka, lari ke rumah
pamannya, Laban. Di Haran, Yakub bertemu dengan Rahel yang berparas
cantik, anak perempuan Laban. Setelah bekerja selama sebulan di rumah
Laban, Laban menawarkan bayaran kepada Yakub. Yakub setuju bekerja untuk
Laban tanpa bayaran selama tujuh tahun. Syaratnya hanya satu, setelah tujuh
tahun ia diizinkan menikah dengan Rahel.
Namun Laban adalah orang yang licik. Setelah tujuh tahun Yakub bekerja,
Laban memperdayainya dengan menyerahkan Lea untuk dinikahi Yakub. Yakub
kecewa. Namun apa boleh buat, ia sudah resmi menikah dengan Lea.
Lalu Yakub berkata,
“Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel
aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?” Jawab Laban: “Tidak
biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya
lebih dahulu dari pada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu
dengan anakku ini; kemudian anakku yang lain pun akan diberikan kepadamu
sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi.” (Kej. 29:25-
27)
Karena cintanya kepada Rahel, Yakub bersedia memenuhi tuntutan Laban
itu. Karena itulah ia bekerja tujuh tahun lagi untuk Laban. Baru setelah itu
Laban bersedia menyerahkan Rahel untuk dinikahi Yakub.
Diskusi
1.
Apa yang kamu temukan dalam cerita ini tentang kesetiaan?
2.
Apa kaitan antara cinta dengan kesetiaan?
3.
Bila kamu menjadi Yakub, bersediakah kamu melakukan apa yang diminta
Laban – bekerja 14 tahun tanpa gaji untuk mendapatkan Rahel? Kalau ya,
jelaskan mengapa demikian! Kalau tidak, sebutkan alasan-alasan kamu.
4.
Sebutkan dan jelaskan contoh-contoh tentang kesetiaan di dalam hidup
sehari-hari, dan jelaskan pula bagaimana kesetiaan itu mencerminkan cinta
kasih seseorang kepada orang lain (orangtua, anak, kekasih, dan lain-lain).
73
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
D.
Kesetiaan dalam Hidup Sehari-hari
Kita dapat menemukan banyak contoh tentang kesetiaan dalam kehidupan
sehari-hari. Ada kesetiaan yang dituntut sebuah perusahaan dari karyawannya.
Kesetiaan yang dituntut sebuah partai dari para anggotanya. Atau kesetiaan di
antara teman-teman. Bagaimana menurut pendapatmu tentang kasus-kasus
di bawah ini – manakah di antaranya yang dapat disebut sebagai kesetiaan
yang benar? Bacalah dengan cermat dan nyatakan sikap kamu, apakah kamu
mau mendukungnya atau tidak, sebagai perwujudan kesetiaan kamu.
Lingkari Ya atau Tidak sesuai dengan sikap kamu
Kasus
Sikap kamu
•
Kalau kamu benar-benar teman yang setia,
kamu harus menolong aku waktu ulangan nanti.
Ya / Tidak
•
Kamu harus menunjukkan kesetiaan kamu
kepada negara dengan mendukung semua
program pemerintah, apapun program tersebut.
Ya / Tidak
•
Kalau kamu memang bagian dari kelompok
kami, kamu harus ikut dalam tawuran melawan
anak SMA “Kebon Pisang” nanti siang!
Ya / Tidak
•
Temanmu mengalami musibah karena rumah-
nya di permukiman yang ilegal kebakaran.
Teman-teman mengajak kamu mengumpulkan
uang untuk menolong dia dan keluarganya.
Ya / Tidak
•
Hari Jumat depan adalah “hari kejepit nasional”,
karena hari Kamisnya kita libur. Mari kita ramai-
ramai membolos!
Ya / Tidak
Orang bisa salah memahami arti kesetiaan, dan karena itu bertindak keliru
di dalam kesetiaannya. Kesetiaan harus disertai pula oleh sikap kritis. Jadi kita
tidak begitu saja mendukung teman kita dengan menunjukkan solidaritas
yang membabi-buta. Bila apa yang dilakukan oleh temanmu tidak baik atau
bukan sesuatu yang memberikan dampak yang positif, maka kamu tidak perlu
setia dengan teman-teman kamu itu.
74
Kelas X SMA/SMK
E.
Kesetiaan menurut Alkitab
Kesetiaan adalah kata yang sangat
penting dalam Alkitab. Kata “setia”
atau “kesetiaan” muncul sebanyak
130 kali di dalam seluruh Alkitab. Di
dalam Perjanjian Lama kata “kasih
setia” muncul sebanyak 167 kali dan
“kesetiaan” 52 kali. Di dalam Kitab
Mazmur sendiri kata “kasih setia”
muncul masing-masing sebanyak 110
kali dan “kesetiaan” 28 kali. Dari sini
saja kita sudah bisa melihat betapa
pentingnya “kesetiaan” di dalam
pemahaman Alkitab.
Kata “setia” atau “kesetiaan” sangat erat hubungannya dengan “kasih.”
Dalam bahasa Ibrani, kata “kasih” diterjemahkan menjadi
khesed
, yang di
dalam Alkitab bahasa Indonesia biasanya diterjemahkan menjadi “kasih setia.”
Mengapa demikian? Alasannya, “kasih” tidak bisa berdiri begitu saja tanpa
kesetiaan. Artinya, tidak cukup kalau orang mengatakan “Aku sayang kamu,”
tanpa menunjukkan kesetiaan kepada orang yang disayanginya itu. Dalam
Alkitab, kasih Allah digambarkan sebagai kasih yang setia. Gambaran ini pula
yang diberikan oleh Tuhan Yesus tentang sang ayah yang menantikan anaknya
yang sangat dikasihinya dalam perumpamaan Anak yang Hilang (Luk. 15:20-
24). Sikap ini bertolak belakang dengan sikap anak pertama yang tidak senang
melihat ayahnya mengadakan pesta besar untuk menyambut kepulangan
adiknya yang hilang dan kini telah kembali.
Kasih Allah yang digambarkan sebagai kasih yang penuh kesetiaan ini,
dilukiskan dalam ayat-ayat seperti Mazmur 103:8-13 yang berbunyi,
TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah
kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia
mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan
tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi
langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang
takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada
kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian
TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
Gambar 6.2
Cincin pernikahan, tanda
kesetiaan.
Sumber: http://www.redbookmag.com/love-sex/
blogs/aaron-traister/husband-wedding-ring
75
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Dalam Kitab Ratapan 3:22 juga dikatakan, “Tak berkesudahan kasih setia
TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-
Mu!” Ayat-ayat inilah yang menjadi dasar dari lagu yang kita nyanyikan pada
awal pelajaran ini, “Setia-Mu Tuhanku, tiada bertara.”
Ya, kesetiaan Tuhan sungguh luar biasa. Setiap pagi dengan setia Ia membuat
matahari terbit untuk menerangi seluruh muka bumi dan menurunkan hujan
yang membasahi bumi. Semua ini memberikan kehidupan bagi setiap makhluk.
Tuhan menyediakan berbagai sumber makanan bagi kita manusia sehingga
kita harus bersyukur kepada-Nya.
F. “Nyamanlah Jiwaku”
Ada sebuah lagu yang sangat indah, yang menggambarkan perasaan seorang
Kristen di tengah-tengah perjuangan
hidupnya yang berat. Lagu itu berjudul
“It is Well with My Soul”. Dalam bahasa
Indonesia, lagu ini diterjemahkan
menjadi “Nyamanlah Jiwaku.” Lagu
ini ditulis oleh Horatio G. Spafford.
Spafford adalah seorang pengacara
yang sukses dan sangat kaya, karena
memiliki berbagai bangunan di kota
Chicago, Amerika Serikat.
Pada tanggal 8 hingga 10 Oktober
1871, kota Chicago dilanda kebakaran
hebat yang menewaskan ratusan orang
dan menelan wilayah sekitar 9 km2.
Spafford ikut menolong orang-orang
yang menjadi korban kebakaran itu.
Dua tahun kemudian Spafford merencanakan perjalanan ke Eropa bersama
keluarganya. Ia ingin memberikan liburan yang sangat dibutuhkan keluarganya
dan juga kesempatan untuk melupakan tragedi yang menimpa mereka.
Spafford juga ingin bergabung dengan sebuah tim penginjilan di Inggris. Istri
dan keempat anak perempuannya berangkat lebih awal dengan kapal Ville
du Havre, sementara Spafford harus tinggal beberapa hari di Chicago untuk
menyelesaikan masalah pembagian wilayah kota setelah kebakaran besar itu.
Sementara menyeberangi Samudera Atlantik, kapal yang ditumpangi istri.
Gambar 6.3
Horatio Spafford
sumber: http://www.zianet.com/maxey/reflx331.htm
76
Kelas X SMA/SMK
Spafford dan anak-anaknya menabrak sebuah kapal lain. Anna, istrinya,
selamat dan mengirimkan sebuah telegram yang kini menjadi terkenal dengan
isi yang singkat, “Saved alone...” (“Satu-satunya yang selamat”). Tak lama
kemudian, sementara dalam perjalanan untuk menyusul istrinya, Spafford
mendapatkan ilham untuk mengungkapkan perasaannya sementara kapalnya
melalui tempat yang tidak jauh dari lokasi kecelakaan yang menewaskan anak-
anaknya itu. Itulah yang kemudian menjadi lagu “Kendati Hidupku Tent’ram”
(NKB 195).
1.
Kendati hidupku tent’ram dan senang, dan walau
derita penuh, Engkau mengajarku bersaksi tegas:
S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.
Reff:
S’lamatlah (s’lamatlah) jiwaku (jiwaku), S’lamatlah,
s’lamatlah jiwaku.
2.
Kendatipun susah terus menekan dan iblis geram
menyerbu, Tuhanku menilik anakNya tetap;
S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.
3.
Yesusku mengangkat di salib kejam dosaku dan
aib sepenuh. Hutangku dibayar dan aku lepas, puji
Tuhan, wahai jiwaku.
4.
Ya Tuhan, singkapkan embun yang gelap dapatkan
seg’ra umat-Mu. ‘Pabila serunai berbunyi gegap, ‘ku
seru: s’lamatlah jiwaku.
Pengalaman Spafford menggambarkan bagaimana orang Kristen
menghadapi penderitaannya dengan mengandalkan kasih Tuhan. Spafford
memiliki kekuatan yang luar biasa ketika bisnisnya hancur dimakan api yang
melanda sebagian besar kota Chicago, dan kemudian keempat anaknya mati
tenggelam dalam kecelakaan kapal laut. Ia menghadapi semuanya dengan
tabah, karena ia tahu bahwa Allah itu setia.
G.
Kesetiaan kepada Tuhan
Dibagaian sebelumnya kita sudah melihat bagaimana Tuhan Allah yang
kita kenal lewat Alkitab adalah Tuhan yang setia kepada kita sebagai makhluk
ciptaan-Nya. Dalam Mazmur 85:9-14 digambarkan bagaimana Tuhan Allah itu
setia kepada umat-Nya. Pada ayat 9 pemazmur mengungkapkan perkataan
77
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Allah, yaitu kata-kata penghiburan dan perdamaian bagi umat Allah. Ayat
9-10 menjanjikan keutuhan dan kesejahteraan bagi Israel. Kemuliaan Allah
akan kembali memenuhi seluruh negeri. Dalam ayat 11-14 kita menemukan
gambaran tentang keselamatan Allah yang didasarkan pada kasih Allah yang
tidak berubah serta kesetiaan-Nya yang akan mempertemukan umat dengan
Allah dan sesamanya. Keadilan Allah akan menghadirkan perdamaian.
Namun kita harus mengingat bahwa kesuburan negeri tidak akan terjadi
begitu saja. Kepulihan bangsa yang sesungguhnya hanya akan tercapai apabila
ada keadilan dan kebenaran di seluruh negeri. Kesetiaan Allah harus disambut
dengan perubahan cara hidup seluruh bangsa Yehuda. Ini jelas sekali terlihat
dalam ayat 9-10 mazmur ini:
9
Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah
Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-
orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?
10Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang
takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita.
Umat Allah akan kembali mengalami masa-masa yang baik, apabila di
dalam hidup mereka itu “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan
damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan
keadilan akan menjenguk dari langit.” Tanpa respon dari umat Allah berupa
kasih dan kesetiaan mereka terhadap kesetiaan yang Allah telah lebih dahulu
perlihatkan, kesejahteraan tidak akan pulih kembali.
Dapatkah kita membuktikan hal ini? Sudah tentu! Coba perhatikan negara
negara yang maju dan makmur di seluruh dunia. Coba sebutkan nama-nama
negara itu. Lalu amati, apakah di sana ada keadilan atau ketidakadilan? Apakah
di sana banyak orang jujur ataukah orang curang? Apakah banyak pejabatnya
yang korupsi ataukah kebanyakan dari mereka hidup bersih?
Dari bacaan kita ini jelas sekali bahwa kemakmuran dan kesejahteraan akan
hadir di tengah masyarakat kita apabila di situ ada kejujuran, keadilan, kasih
dan kesetiaan.
Di dalam Perjanjian Baru, orang Kristen lebih memahami kesetiaan
Allah secara mendalam lewat pengutusan Anak-Nya, Yesus Kristus, yang
menyelamatkan manusia dan melepaskannya dari kuasa maut. Dalam Yohanes
3:16 dikatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dari
sini kita bisa melihat betapa besarnya kasih setia-Nya kepada kita. Nah, apabila
78
Kelas X SMA/SMK
kita sudah memahami arti kesetiaan Allah yang sangat besar itu, bagaimanakah
seharusnya sikap hidup kita kepada-Nya dan kepada sesama kita?
Sekarang, marilah kita membaca Matius 28:18-20. Di bagian ini kita
menemukan perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya supaya mereka
pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil dan mengajak setiap orang
melaksanakan perintah-Nya. Apakah isi perintah itu? Tidak lain daripada
mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita, serta mengasihi
sesama kita seperti diri kita sendiri. Dan untuk itu, Tuhan Yesus berjanji untuk
menyertai kita “sampai kepada akhir zaman.”
Mungkin muncul pertanyaan, “Kenapa Tuhan Yesus harus menyertai kita,
kalau kita cuma diperintahkan untuk mengasihi Allah dan sesama kita? Itu
‘kan gampang dan sederhana sekali?” Pada kenyataannya mengasihi Allah dan
sesama itu tidak begitu mudah. Orang-orang Kristen perdana mempertaruhkan
hidup mereka ketika mereka dilarang Kaisar Roma mengasihi Allah. Sebaliknya,
mereka diperintahkan, bahkan diwajibkan, menyembah Kaisar. Mereka
yang menolak perintah itu banyak yang tewas dibunuh Kaisar atau berakhir
nyawanya di arena pertandingan melawan singa atau banteng buas.
Pada zaman modern, ketika materialisme dan hedonisme menjadi nilai dan
gaya hidup banyak orang, mengasihi Allah pun menjadi sesuatu yang langka.
Orang lebih mencintai uang dan harta kekayaan. Kita sering menemukan
orang yang dengan mudah menanggalkan iman dan kesetiaannya kepada
Allah, demi memperoleh harta dan jabatan. Padahal Tuhan Yesus dengan jelas
mengatakan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”
(Mat. 6:24).
Mengasihi sesama pun tidak begitu mudah. Di berbagai tempat dan zaman
kita pernah menemukan bagaimana sekelompok orang ditindas karena warna
kulitnya, keyakinannya, keadaan fisiknya, dan lain-lain. Orang kulit hitam
dijadikan budak dan dianggap warga kelas dua di Amerika Serikat dan di Afrika
Selatan beberapa waktu yang lalu serta dilarang masuk ke gereja orang kulit
putih. Orang-orang Yahudi ditangkapi oleh pemerintah Nazi di bawah Hitler
karena etnis dan keyakinan mereka. Orang-orang yang memiliki kebutuhan
khusus - mereka yang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, dan
lain-lain - seringkali merasa disisihkan dan diabaikan. Mungkin pula di kelas
kamu ada teman-teman yang karena sesuatu hal sering mengalami
bullying
yaitu tindakan yang mengejek, menghina, atau bahkan tindakan kekerasan.
Dalam keadaan seperti itulah kita dipanggil Tuhan untuk menyatakan kasih
Allah kepada mereka yang dianggap tidak layak dikasihi ini. Adakah di antara
79
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
kalian yang berani menunjukkan kasih kalian kepada orang-orang seperti itu?
Beranikah kamu melawan kecenderungan teman-teman atau kelas yang justru
mengejek atau mem-bully orang-orang seperti itu?
Kalau kamu takut menghadapi situasi seperti itu, ingatlah janji Tuhan Yesus,
“... Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ini sungguh
suatu janji yang manis dan menguatkan, bukan?
Evaluasi
1.
Menurut kamu, apakah arti “kesetiaan” itu sebenarnya?
2.
Berikan contoh-contoh perbuatan setia dalam kehidupan sehari-hari!
3.
Berikan pula contoh-contoh tentang kesetiaan yang keliru dalam
kehidupan sehari-hari!
4.
Kalau kasih Allah kepada kita sedemikian besar, lalu bagaimanakah sikap
kita yang seharusnya kepada Dia? Apakah kita akan mengkhianati-Nya
dengan berbuat tidak setia kepada Tuhan?
5.
Tindakan-tindakan apakah yang menunjukkan ketidaksetiaan kita kepada
Allah? Perbuatan-perbuatan apakah yang pasti akan membuat Tuhan
merasa sedih kepada kita?
6.
Buatlah sebuah puisi, lagu, gambar atau kisah pengalaman yang
melukiskan bagaimana kamu menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan
dalam perjuangan demi keadilan dalam kehidupan sehari-hari.
H. Rangkuman
“Kesetiaan” adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Kesetiaan ditemukan dalam hubungan antara seseorang dengan
orang lain, dengan keluarga, orangtua, dengan komunitas atau kelompok yang
lain, dengan negara, dan juga dengan Tuhan. Kesetiaan dapat kita lihat dalam
kesediaan seseorang membela atau menolong orang lain, mengasihinya dan
kesediaannya untuk tidak meninggalkan pihak yang lain.
80
Kelas X SMA/SMK
I. Penutup
Doa Penutup
Susunlah sebuah doa yang berisi janji setia kamu kepada Allah yang
setia kepada kamu.
Lagu Penutup
Nyanyikanlah Nyanyian Penutup berikut.
Nyanyian KJ 446 “Setialah”
1.
Setialah kepada Tuhanmu, hai kawan yang penat.
Setialah, sokongan-Nya tentu di jalan yang berat.
‘Kan datang Raja yang berjaya menolong orang yang percaya.
Setialah!
2.
Setialah percaya Penebus, percaya janji-Nya.
Setialah, berjuanglah terus di fajar merekah.
Diputuskan-Nya rantai setan: kau bebas dari kesempitan.
Setialah!
3.
Setialah! Bertahanlah tetap sehingga kau menang.
Setialah! Selamatmu genap, sesudah berperang.
Meski bertambah marabaya, t’lah hampir habis susah payah.
Setialah!
4.
Setialah kepada Yang Menang, meski maut kautempuh.
Setialah! Sehabis berperang terima upahmu:
Mahkota hidup diberi-Nya; kau masuk dalam t’rang ceria.
Setialah!