Gambar Sampul Agama Kristen · f_Bab VI Hidup dalam Kesetiaan
Agama Kristen · f_Bab VI Hidup dalam Kesetiaan
Pdt Janse Belandina

22/08/2021 08:36:24

SMA 10 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

69

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Bab

Hidup dalam Kesetiaan

Bahan Alkitab: Kejadian 29:13-28; Mazmur 85:8-14;

Matius 28:18-20; Yohanes 3:16

VI

A. Pengantar

Menyanyikan lagu NKB No. 34

“Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara”

Setia-Mu, Tuhanku, tiada bertara

di kala suka, di saat gelap.

Kasih-Mu, Allahku, tidak berubah,

‘Kaulah Pelindung abadi tetap.

Refrein:

Setia-Mu Tuhanku, mengharu hatiku,

setiap pagi bertambah jelas.

Yang ‘ku perlukan tetap Kauberikan,

sehingga aku pun puas lelas.

Musim yang panas, penghujan, tuaian,

surya, rembulan di langit cerah,

bersama alam memuji, bersaksi

akan setia-Mu yang tak bersela.

Damai-Mu Kauberi, dan pengampunan

dan rasa kuatir pun hilang lenyap,

kar’na ‘ku tahu pada masa mendatang:

Tuhan temanku di t’rang dan gelap.

Syair: “Great Is Thy Faithfulness”, oleh T.O. Chisholm,

Lagu: William M. Runyan; Terjemahan: E. L. Pohan.

70

Kelas X SMA/SMK

“Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara” adalah kesaksian yang luar biasa yang

dibuat oleh Thomas Chisholm tentang kehidupannya hari lepas hari bersama

Yesus. Pendeta Chisholm selalu percaya bahwa Bapanya yang di surga terus

memelihara dan menyediakan segala kebutuhannya sehari-hari. Sebelum ia

meninggal dunia pada tahun 1960, ia menulis kesaksian pribadinya yang luar

biasa ini:

“Penghasilanku tidak pernah besar karena kesehatanku yang buruk pada

usia mudaku, yang akibatnya terus mengikuti aku sampai sekarang. Tapi aku

tidak boleh gagal mencatat kesetiaan Allah yang memelihara perjanjian-

Nya dengan orang percaya, yang tidak pernah gagal, dan bahwa Ia telah

menunjukkan berulang kali cara-Nya yang luar biasa dalam memelihara

hidupku, yang telah membuat aku sungguh amat bersyukur.”

Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan temanmu

sebangku:

1.

Kepada siapakah lagu ini ditujukan?

2.

Perasaan apa yang diungkapkan oleh si penulis lagu ini?

3.

Apakah kamu setuju dengan kata-kata yang diungkapkannya?

4.

Kalau ya, coba jelaskan apa alasannya! Apakah kamu punya pengalaman

yang serupa seperti yang dialami oleh si pengarang lagu?

5.

Kalau kamu tidak setuju dengan kata-kata dalam syair lagu ini, jelaskan

pula mengapa!

6.

Menurut kamu, apakah Chisholm berbahagia dalam hidupnya? Mengapa

kamu memilih jawaban tersebut?

B.

Kisah Hachiko

Di sebuah stasion kereta api di Shibuya, Tokyo, Jepang, berdiri sebuah patung

perunggu dari seekor anjing yang bernama Hachiko. Patung ini didirikan pada

tahun 1934, namun hancur pada masa Perang Dunia II. Pada tahun 1948, patung

yang kedua didirikan, dan hingga sekarang patung ini sangat terkenal di kalangan

masyarakat Jepang. Patung ini didirikan di tempat yang sama yang menjadi

tempat Hachiko menunggu tuannya, Prof. Hidesaburo Ueno.

Pada tahun 1924, Ueno, seorang profesor di Departemen Pertanian, Universitas

Tokyo, mengambil Hachiko – seekor anjing jenis Akita – untuk ia pelihara.

Sepanjang hidup tuannya, Hachiko selalu menyambutnya setiap hari di Stasion

Shibuya yang tidak jauh dari rumah mereka. Kejadian ini berlangsung terus hingga

Mei 1925 ketika Prof. Ueno tidak pulang ke rumah karena ia menderita pendarahan

di otak, dan meninggal dunia. Ueno tidak pernah kembali ke stasiun kereta api,

tempat Hachiko setia menunggu. Selama sembilan tahun – setiap hari – Hachiko

71

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

menantikan kepulangan Ueno, tepat

di tempat yang sama ketika kereta

api mestinya tiba di stasiun itu.

Kelakuan Hachiko ini menarik

perhatian para pengguna kereta

api itu. Banyak orang yang melalui

stasiun itu pernah melihat Hachiko

dan Prof. Ueno bersama-sama setiap

hari. Mulanya, orang-orang tidak

begitu senang melihat Hachiko di

stasiun itu, khususnya mereka yang

bekerja di situ.

Namun pada 1932, salah se

orang

mahasiswa Prof. Ueno melihat

Hachiko di stasion itu dan mengikutinya hingga ke rumah bekas tukang kebun

Prof. Ueno. Sang tukang kebun, Kikuzaboro Kobayashi, menjelaskan latar belakang

Hachiko. Setelah itu, sang mahasiswa menerbitkan tulisan-tulisan tentang jenis

anjing Akita yang langka. Ia berulang kali mengunjungi Hachiko dan selama

beberapa tahun kemudian menerbitkan beberapa artikel tentang kesetiaan yang

luar biasa dari anjing itu.

Pada tahun yang sama, tepatnya 4 Oktober 1932 salah satu artikelnya tentang

kisah Hachiko diterbitkan dalam salah satu koran paling terkemuka di Tokyo, Asahi

Shimbun. Tulisan itu mengejutkan banyak warga Jepang, dan orang-orang mulai

membawakan makanan untuk Hachiko setiap hari selama ia duduk menantikan

tuannya.

Nama Hachiko jadi terkenal di seluruh Jepang. Kesetiaannya kepada tuannya

dianggap layak diteladani setiap orang. Guru-guru dan orangtua menggunakan

Hachiko sebagai contoh yang harus ditiru oleh anak-anak.

Pada 8 Maret 1935 Hachiko ditemukan mati pada sebuah jalan di Shibuya.

Setahun sebelumnya masyarakat membangun sebuah patung perunggu untuk

menghormati Hachiko dan kesetiaannya kepada tuannya. Hachiko sendiri hadir

pada peresmian patungnya itu.

Bagaimana pendapat kamu tentang cerita di atas? Apakah kamu mempunyai

atau pernah mempunyai anjing yang setia seperti Hachiko? Pelajaran penting

apa yang kamu peroleh dari kisah tentang Hachiko ini? Berapa besar arti

kesetiaan yang diperlihatkan Hachiko kepada tuannya? Kalau kamu menjadi

Hachiko, sanggupkah kamu pergi setiap hari ke stasiun kereta api untuk

menantikan kepulangan tuanmu – selama sembilan tahun?

Sumber: http://www.cinemaperaestudiants.cat/

activitats/Activitats2010/hachirealdog.htm

Gambar 6.1

Patung Hachiko di stason kereta api

Shibuya, Tokyo.

72

Kelas X SMA/SMK

C.

Yakub dan Rahel

Kamu masih ingat kisah Yakub yang mencuri hak kesulungan Esau? Bagian

Kejadian 29:13-28 adalah kelanjutan kisahnya. Setelah mendengar Esau

bertekad untuk membunuhnya, Yakub disuruh ibunya, Ribka, lari ke rumah

pamannya, Laban. Di Haran, Yakub bertemu dengan Rahel yang berparas

cantik, anak perempuan Laban. Setelah bekerja selama sebulan di rumah

Laban, Laban menawarkan bayaran kepada Yakub. Yakub setuju bekerja untuk

Laban tanpa bayaran selama tujuh tahun. Syaratnya hanya satu, setelah tujuh

tahun ia diizinkan menikah dengan Rahel.

Namun Laban adalah orang yang licik. Setelah tujuh tahun Yakub bekerja,

Laban memperdayainya dengan menyerahkan Lea untuk dinikahi Yakub. Yakub

kecewa. Namun apa boleh buat, ia sudah resmi menikah dengan Lea.

Lalu Yakub berkata,

“Apakah yang kauperbuat terhadap aku ini? Bukankah untuk mendapat Rahel

aku bekerja padamu? Mengapa engkau menipu aku?” Jawab Laban: “Tidak

biasa orang berbuat demikian di tempat kami ini, mengawinkan adiknya

lebih dahulu dari pada kakaknya. Genapilah dahulu tujuh hari perkawinanmu

dengan anakku ini; kemudian anakku yang lain pun akan diberikan kepadamu

sebagai upah, asal engkau bekerja pula padaku tujuh tahun lagi.” (Kej. 29:25-

27)

Karena cintanya kepada Rahel, Yakub bersedia memenuhi tuntutan Laban

itu. Karena itulah ia bekerja tujuh tahun lagi untuk Laban. Baru setelah itu

Laban bersedia menyerahkan Rahel untuk dinikahi Yakub.

Diskusi

1.

Apa yang kamu temukan dalam cerita ini tentang kesetiaan?

2.

Apa kaitan antara cinta dengan kesetiaan?

3.

Bila kamu menjadi Yakub, bersediakah kamu melakukan apa yang diminta

Laban – bekerja 14 tahun tanpa gaji untuk mendapatkan Rahel? Kalau ya,

jelaskan mengapa demikian! Kalau tidak, sebutkan alasan-alasan kamu.

4.

Sebutkan dan jelaskan contoh-contoh tentang kesetiaan di dalam hidup

sehari-hari, dan jelaskan pula bagaimana kesetiaan itu mencerminkan cinta

kasih seseorang kepada orang lain (orangtua, anak, kekasih, dan lain-lain).

73

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

D.

Kesetiaan dalam Hidup Sehari-hari

Kita dapat menemukan banyak contoh tentang kesetiaan dalam kehidupan

sehari-hari. Ada kesetiaan yang dituntut sebuah perusahaan dari karyawannya.

Kesetiaan yang dituntut sebuah partai dari para anggotanya. Atau kesetiaan di

antara teman-teman. Bagaimana menurut pendapatmu tentang kasus-kasus

di bawah ini – manakah di antaranya yang dapat disebut sebagai kesetiaan

yang benar? Bacalah dengan cermat dan nyatakan sikap kamu, apakah kamu

mau mendukungnya atau tidak, sebagai perwujudan kesetiaan kamu.

Lingkari Ya atau Tidak sesuai dengan sikap kamu

Kasus

Sikap kamu

Kalau kamu benar-benar teman yang setia,

kamu harus menolong aku waktu ulangan nanti.

Ya / Tidak

Kamu harus menunjukkan kesetiaan kamu

kepada negara dengan mendukung semua

program pemerintah, apapun program tersebut.

Ya / Tidak

Kalau kamu memang bagian dari kelompok

kami, kamu harus ikut dalam tawuran melawan

anak SMA “Kebon Pisang” nanti siang!

Ya / Tidak

Temanmu mengalami musibah karena rumah-

nya di permukiman yang ilegal kebakaran.

Teman-teman mengajak kamu mengumpulkan

uang untuk menolong dia dan keluarganya.

Ya / Tidak

Hari Jumat depan adalah “hari kejepit nasional”,

karena hari Kamisnya kita libur. Mari kita ramai-

ramai membolos!

Ya / Tidak

Orang bisa salah memahami arti kesetiaan, dan karena itu bertindak keliru

di dalam kesetiaannya. Kesetiaan harus disertai pula oleh sikap kritis. Jadi kita

tidak begitu saja mendukung teman kita dengan menunjukkan solidaritas

yang membabi-buta. Bila apa yang dilakukan oleh temanmu tidak baik atau

bukan sesuatu yang memberikan dampak yang positif, maka kamu tidak perlu

setia dengan teman-teman kamu itu.

74

Kelas X SMA/SMK

E.

Kesetiaan menurut Alkitab

Kesetiaan adalah kata yang sangat

penting dalam Alkitab. Kata “setia”

atau “kesetiaan” muncul sebanyak

130 kali di dalam seluruh Alkitab. Di

dalam Perjanjian Lama kata “kasih

setia” muncul sebanyak 167 kali dan

“kesetiaan” 52 kali. Di dalam Kitab

Mazmur sendiri kata “kasih setia”

muncul masing-masing sebanyak 110

kali dan “kesetiaan” 28 kali. Dari sini

saja kita sudah bisa melihat betapa

pentingnya “kesetiaan” di dalam

pemahaman Alkitab.

Kata “setia” atau “kesetiaan” sangat erat hubungannya dengan “kasih.”

Dalam bahasa Ibrani, kata “kasih” diterjemahkan menjadi

khesed

, yang di

dalam Alkitab bahasa Indonesia biasanya diterjemahkan menjadi “kasih setia.”

Mengapa demikian? Alasannya, “kasih” tidak bisa berdiri begitu saja tanpa

kesetiaan. Artinya, tidak cukup kalau orang mengatakan “Aku sayang kamu,”

tanpa menunjukkan kesetiaan kepada orang yang disayanginya itu. Dalam

Alkitab, kasih Allah digambarkan sebagai kasih yang setia. Gambaran ini pula

yang diberikan oleh Tuhan Yesus tentang sang ayah yang menantikan anaknya

yang sangat dikasihinya dalam perumpamaan Anak yang Hilang (Luk. 15:20-

24). Sikap ini bertolak belakang dengan sikap anak pertama yang tidak senang

melihat ayahnya mengadakan pesta besar untuk menyambut kepulangan

adiknya yang hilang dan kini telah kembali.

Kasih Allah yang digambarkan sebagai kasih yang penuh kesetiaan ini,

dilukiskan dalam ayat-ayat seperti Mazmur 103:8-13 yang berbunyi,

TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah

kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia

mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan

tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi

langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang

takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada

kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian

TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.

Gambar 6.2

Cincin pernikahan, tanda

kesetiaan.

Sumber: http://www.redbookmag.com/love-sex/

blogs/aaron-traister/husband-wedding-ring

75

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Dalam Kitab Ratapan 3:22 juga dikatakan, “Tak berkesudahan kasih setia

TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-

Mu!” Ayat-ayat inilah yang menjadi dasar dari lagu yang kita nyanyikan pada

awal pelajaran ini, “Setia-Mu Tuhanku, tiada bertara.”

Ya, kesetiaan Tuhan sungguh luar biasa. Setiap pagi dengan setia Ia membuat

matahari terbit untuk menerangi seluruh muka bumi dan menurunkan hujan

yang membasahi bumi. Semua ini memberikan kehidupan bagi setiap makhluk.

Tuhan menyediakan berbagai sumber makanan bagi kita manusia sehingga

kita harus bersyukur kepada-Nya.

F. “Nyamanlah Jiwaku”

Ada sebuah lagu yang sangat indah, yang menggambarkan perasaan seorang

Kristen di tengah-tengah perjuangan

hidupnya yang berat. Lagu itu berjudul

“It is Well with My Soul”. Dalam bahasa

Indonesia, lagu ini diterjemahkan

menjadi “Nyamanlah Jiwaku.” Lagu

ini ditulis oleh Horatio G. Spafford.

Spafford adalah seorang pengacara

yang sukses dan sangat kaya, karena

memiliki berbagai bangunan di kota

Chicago, Amerika Serikat.

Pada tanggal 8 hingga 10 Oktober

1871, kota Chicago dilanda kebakaran

hebat yang menewaskan ratusan orang

dan menelan wilayah sekitar 9 km2.

Spafford ikut menolong orang-orang

yang menjadi korban kebakaran itu.

Dua tahun kemudian Spafford merencanakan perjalanan ke Eropa bersama

keluarganya. Ia ingin memberikan liburan yang sangat dibutuhkan keluarganya

dan juga kesempatan untuk melupakan tragedi yang menimpa mereka.

Spafford juga ingin bergabung dengan sebuah tim penginjilan di Inggris. Istri

dan keempat anak perempuannya berangkat lebih awal dengan kapal Ville

du Havre, sementara Spafford harus tinggal beberapa hari di Chicago untuk

menyelesaikan masalah pembagian wilayah kota setelah kebakaran besar itu.

Sementara menyeberangi Samudera Atlantik, kapal yang ditumpangi istri.

Gambar 6.3

Horatio Spafford

sumber: http://www.zianet.com/maxey/reflx331.htm

76

Kelas X SMA/SMK

Spafford dan anak-anaknya menabrak sebuah kapal lain. Anna, istrinya,

selamat dan mengirimkan sebuah telegram yang kini menjadi terkenal dengan

isi yang singkat, “Saved alone...” (“Satu-satunya yang selamat”). Tak lama

kemudian, sementara dalam perjalanan untuk menyusul istrinya, Spafford

mendapatkan ilham untuk mengungkapkan perasaannya sementara kapalnya

melalui tempat yang tidak jauh dari lokasi kecelakaan yang menewaskan anak-

anaknya itu. Itulah yang kemudian menjadi lagu “Kendati Hidupku Tent’ram”

(NKB 195).

1.

Kendati hidupku tent’ram dan senang, dan walau

derita penuh, Engkau mengajarku bersaksi tegas:

S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.

Reff:

S’lamatlah (s’lamatlah) jiwaku (jiwaku), S’lamatlah,

s’lamatlah jiwaku.

2.

Kendatipun susah terus menekan dan iblis geram

menyerbu, Tuhanku menilik anakNya tetap;

S’lamatlah, s’lamatlah jiwaku.

3.

Yesusku mengangkat di salib kejam dosaku dan

aib sepenuh. Hutangku dibayar dan aku lepas, puji

Tuhan, wahai jiwaku.

4.

Ya Tuhan, singkapkan embun yang gelap dapatkan

seg’ra umat-Mu. ‘Pabila serunai berbunyi gegap, ‘ku

seru: s’lamatlah jiwaku.

Pengalaman Spafford menggambarkan bagaimana orang Kristen

menghadapi penderitaannya dengan mengandalkan kasih Tuhan. Spafford

memiliki kekuatan yang luar biasa ketika bisnisnya hancur dimakan api yang

melanda sebagian besar kota Chicago, dan kemudian keempat anaknya mati

tenggelam dalam kecelakaan kapal laut. Ia menghadapi semuanya dengan

tabah, karena ia tahu bahwa Allah itu setia.

G.

Kesetiaan kepada Tuhan

Dibagaian sebelumnya kita sudah melihat bagaimana Tuhan Allah yang

kita kenal lewat Alkitab adalah Tuhan yang setia kepada kita sebagai makhluk

ciptaan-Nya. Dalam Mazmur 85:9-14 digambarkan bagaimana Tuhan Allah itu

setia kepada umat-Nya. Pada ayat 9 pemazmur mengungkapkan perkataan

77

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

Allah, yaitu kata-kata penghiburan dan perdamaian bagi umat Allah. Ayat

9-10 menjanjikan keutuhan dan kesejahteraan bagi Israel. Kemuliaan Allah

akan kembali memenuhi seluruh negeri. Dalam ayat 11-14 kita menemukan

gambaran tentang keselamatan Allah yang didasarkan pada kasih Allah yang

tidak berubah serta kesetiaan-Nya yang akan mempertemukan umat dengan

Allah dan sesamanya. Keadilan Allah akan menghadirkan perdamaian.

Namun kita harus mengingat bahwa kesuburan negeri tidak akan terjadi

begitu saja. Kepulihan bangsa yang sesungguhnya hanya akan tercapai apabila

ada keadilan dan kebenaran di seluruh negeri. Kesetiaan Allah harus disambut

dengan perubahan cara hidup seluruh bangsa Yehuda. Ini jelas sekali terlihat

dalam ayat 9-10 mazmur ini:

9

Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN. Bukankah

Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-

orang yang dikasihi-Nya, supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?

10Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang

takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita.

Umat Allah akan kembali mengalami masa-masa yang baik, apabila di

dalam hidup mereka itu “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan

damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan

keadilan akan menjenguk dari langit.” Tanpa respon dari umat Allah berupa

kasih dan kesetiaan mereka terhadap kesetiaan yang Allah telah lebih dahulu

perlihatkan, kesejahteraan tidak akan pulih kembali.

Dapatkah kita membuktikan hal ini? Sudah tentu! Coba perhatikan negara

negara yang maju dan makmur di seluruh dunia. Coba sebutkan nama-nama

negara itu. Lalu amati, apakah di sana ada keadilan atau ketidakadilan? Apakah

di sana banyak orang jujur ataukah orang curang? Apakah banyak pejabatnya

yang korupsi ataukah kebanyakan dari mereka hidup bersih?

Dari bacaan kita ini jelas sekali bahwa kemakmuran dan kesejahteraan akan

hadir di tengah masyarakat kita apabila di situ ada kejujuran, keadilan, kasih

dan kesetiaan.

Di dalam Perjanjian Baru, orang Kristen lebih memahami kesetiaan

Allah secara mendalam lewat pengutusan Anak-Nya, Yesus Kristus, yang

menyelamatkan manusia dan melepaskannya dari kuasa maut. Dalam Yohanes

3:16 dikatakan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga

Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang

percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Dari

sini kita bisa melihat betapa besarnya kasih setia-Nya kepada kita. Nah, apabila

78

Kelas X SMA/SMK

kita sudah memahami arti kesetiaan Allah yang sangat besar itu, bagaimanakah

seharusnya sikap hidup kita kepada-Nya dan kepada sesama kita?

Sekarang, marilah kita membaca Matius 28:18-20. Di bagian ini kita

menemukan perintah Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya supaya mereka

pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil dan mengajak setiap orang

melaksanakan perintah-Nya. Apakah isi perintah itu? Tidak lain daripada

mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran kita, serta mengasihi

sesama kita seperti diri kita sendiri. Dan untuk itu, Tuhan Yesus berjanji untuk

menyertai kita “sampai kepada akhir zaman.”

Mungkin muncul pertanyaan, “Kenapa Tuhan Yesus harus menyertai kita,

kalau kita cuma diperintahkan untuk mengasihi Allah dan sesama kita? Itu

‘kan gampang dan sederhana sekali?” Pada kenyataannya mengasihi Allah dan

sesama itu tidak begitu mudah. Orang-orang Kristen perdana mempertaruhkan

hidup mereka ketika mereka dilarang Kaisar Roma mengasihi Allah. Sebaliknya,

mereka diperintahkan, bahkan diwajibkan, menyembah Kaisar. Mereka

yang menolak perintah itu banyak yang tewas dibunuh Kaisar atau berakhir

nyawanya di arena pertandingan melawan singa atau banteng buas.

Pada zaman modern, ketika materialisme dan hedonisme menjadi nilai dan

gaya hidup banyak orang, mengasihi Allah pun menjadi sesuatu yang langka.

Orang lebih mencintai uang dan harta kekayaan. Kita sering menemukan

orang yang dengan mudah menanggalkan iman dan kesetiaannya kepada

Allah, demi memperoleh harta dan jabatan. Padahal Tuhan Yesus dengan jelas

mengatakan, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”

(Mat. 6:24).

Mengasihi sesama pun tidak begitu mudah. Di berbagai tempat dan zaman

kita pernah menemukan bagaimana sekelompok orang ditindas karena warna

kulitnya, keyakinannya, keadaan fisiknya, dan lain-lain. Orang kulit hitam

dijadikan budak dan dianggap warga kelas dua di Amerika Serikat dan di Afrika

Selatan beberapa waktu yang lalu serta dilarang masuk ke gereja orang kulit

putih. Orang-orang Yahudi ditangkapi oleh pemerintah Nazi di bawah Hitler

karena etnis dan keyakinan mereka. Orang-orang yang memiliki kebutuhan

khusus - mereka yang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, dan

lain-lain - seringkali merasa disisihkan dan diabaikan. Mungkin pula di kelas

kamu ada teman-teman yang karena sesuatu hal sering mengalami

bullying

yaitu tindakan yang mengejek, menghina, atau bahkan tindakan kekerasan.

Dalam keadaan seperti itulah kita dipanggil Tuhan untuk menyatakan kasih

Allah kepada mereka yang dianggap tidak layak dikasihi ini. Adakah di antara

79

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti

kalian yang berani menunjukkan kasih kalian kepada orang-orang seperti itu?

Beranikah kamu melawan kecenderungan teman-teman atau kelas yang justru

mengejek atau mem-bully orang-orang seperti itu?

Kalau kamu takut menghadapi situasi seperti itu, ingatlah janji Tuhan Yesus,

“... Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ini sungguh

suatu janji yang manis dan menguatkan, bukan?

Evaluasi

1.

Menurut kamu, apakah arti “kesetiaan” itu sebenarnya?

2.

Berikan contoh-contoh perbuatan setia dalam kehidupan sehari-hari!

3.

Berikan pula contoh-contoh tentang kesetiaan yang keliru dalam

kehidupan sehari-hari!

4.

Kalau kasih Allah kepada kita sedemikian besar, lalu bagaimanakah sikap

kita yang seharusnya kepada Dia? Apakah kita akan mengkhianati-Nya

dengan berbuat tidak setia kepada Tuhan?

5.

Tindakan-tindakan apakah yang menunjukkan ketidaksetiaan kita kepada

Allah? Perbuatan-perbuatan apakah yang pasti akan membuat Tuhan

merasa sedih kepada kita?

6.

Buatlah sebuah puisi, lagu, gambar atau kisah pengalaman yang

melukiskan bagaimana kamu menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan

dalam perjuangan demi keadilan dalam kehidupan sehari-hari.

H. Rangkuman

“Kesetiaan” adalah sebuah konsep yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari. Kesetiaan ditemukan dalam hubungan antara seseorang dengan

orang lain, dengan keluarga, orangtua, dengan komunitas atau kelompok yang

lain, dengan negara, dan juga dengan Tuhan. Kesetiaan dapat kita lihat dalam

kesediaan seseorang membela atau menolong orang lain, mengasihinya dan

kesediaannya untuk tidak meninggalkan pihak yang lain.

80

Kelas X SMA/SMK

I. Penutup

„

Doa Penutup

Susunlah sebuah doa yang berisi janji setia kamu kepada Allah yang

setia kepada kamu.

„

Lagu Penutup

Nyanyikanlah Nyanyian Penutup berikut.

Nyanyian KJ 446 “Setialah”

1.

Setialah kepada Tuhanmu, hai kawan yang penat.

Setialah, sokongan-Nya tentu di jalan yang berat.

‘Kan datang Raja yang berjaya menolong orang yang percaya.

Setialah!

2.

Setialah percaya Penebus, percaya janji-Nya.

Setialah, berjuanglah terus di fajar merekah.

Diputuskan-Nya rantai setan: kau bebas dari kesempitan.

Setialah!

3.

Setialah! Bertahanlah tetap sehingga kau menang.

Setialah! Selamatmu genap, sesudah berperang.

Meski bertambah marabaya, t’lah hampir habis susah payah.

Setialah!

4.

Setialah kepada Yang Menang, meski maut kautempuh.

Setialah! Sehabis berperang terima upahmu:

Mahkota hidup diberi-Nya; kau masuk dalam t’rang ceria.

Setialah!